Sunday, October 30, 2016

Saturday, October 29, 2016

Proof your love's prides

Proof your love's prides
Proof your love's prides
#O

Good Morning.... !
Live your life in love
and let the spread of its' lights sparkling the earth and universe.

Do you feel like you are lagging-behind ?

Do you feel like you are lagging-behind ?
Do you feel like you are lagging-behind ?
A teamwork needs a synergy among others in it.
It requires an almost similar shape of speed in steps, eventhough not trully as quickly the same.
It requires awareness of the objective goals.
It calls the feel of same-kind-of-responsilibities
It should tic-tac-toe

but, if one of the team member being Dis-organized and get those requirements abandoned,...

For me,
I should "breathe in and breathe out" to keep moving on..

why should I concern the people who never concern about my think-tank of the objecive team's goal

System was not built at once

System was not built at once
System was not built at once

System was not built at once,
it develops a concept,
it maps a concept into a prototype,
it needs time to plant the seeds of a concept,
it needs a trial-by-error,
it needs a correction,
it needs a feedback,
it needs a re-correction,
it then ready to launch, but
it needs a maintenance
it needs an improvements
it should dynamic and inovative
and to work on it, and get it well done..

it needs us to work it by love...

Friday, October 28, 2016

Stubborn as a mule

Stubborn as a mule
Stubborn as a mule
Stubborn As A Mule - someone that is very stubborn; someone that will not listen; someone that refuses to change way they they do something

for Example :
  • My sister is stubborn as a mule.
  • I tried to talk to the manger of the store, but he will not listen to me. He is stubborn as a mule.
  • Teenagers think they know everything. They are stubborn as a mule.
  • My dog is sleeping on my shoes. My dog will not move she is stubborn as a mule.
  • My father always says do not fight with women, because they are stubborn as a mule.
  • My boss is as stubborn as a mule, he does not realize that there is a better way to do things.

Stubborn as a mule = Keras Kepala Seperti Bagal

Bagal = Bagal (berasal dari kata arab بغل - baghal) merupakan keturunan silang antara kuda betina dan keledai jantan.[1] Karena hasil persilangan antarjenis, bagal tidak bisa menghasilkan keturunan (mandul).
Bagal sering digunakan sebagai hewan pengangkut karena bagal mempunyai tubuh yang lebih tegap dibandingkan keledai, tetapi bagal tidak mampu melangkah cepat seperti kuda.

The Love


#O

True love ..

keep all the memories pouring down in ones' life just like the rain
miss the moment of togetherness never end
has the habit of always coming back
is when you love someone until your last breath

It doesnt mean being inseparable
but it means, being separated and nothing changes,
even growing more and more
It is truer than true

The happiness and the sadness collide
as a pleasure just an ecstasy

Two people in a true love
abandoned miles away
neglect any silence communications

but it never been deaft
it is always romantically crowded in its silence

I love you

Berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya

Berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya
Berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya

Berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya

Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhirat¬nya, berupa pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa.

Di antara yang dapat memberikan manfaat kepada orang tua setelah meninggalnya yang dapat dilakukan oleh sang anak dalam mewujudkan baktinya, adalah: 

1. Amalan shalih yang dilakukan anaknya

Seorang anak hendaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatannya kepada Allah, karena setiap amal shalih yang dikerjakan sang anak pahalanya akan sampai kepada kedua orang tua yang beriman walaupun ia tidak mengatakan, “amal ini aku hadi¬ahkan untuk ibu atau ayahku”, ataupun ucapan yang semisal, karena anak meru¬pakan bagian dari usaha orang tuanya, dan hal itu sama sekali tidak mengurangi pahala sang anak. Sebagaimana yang Allah  firmankan:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”           QS. an-Najm [53]: 39

Dan anak merupakan bagian dari usaha orang tuanya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:

إنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian makan adalah dari usaha kalian, dan sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk bagian dari usaha kalian.” )HR. at-Tirmidzi: 1358, Ibnu Majah: 2290 dan Ahmad: 6/162 (lihat Shahih Ibnu Majah: 1854))

Dan apabila seorang anak menjalankan ketaatan, seperti shalat, puasa, dan amalan ketaatan lainnya, maka tidak perlu sembari mengatakan, “aku berikan pahala ibadah ini untuk kedua orang tuaku”, karena pahala ibadah tersebut akan sampai kepada orang tua, justru pengucapan tersebut tidak ada dasarnya dari Hadits Nabi shallallahu'alaihi wa sallam maupun praktik para Sahabat.

2. Doa anak yang shalih kepada kedua orang tua dan memintakan ampunan atas dosa-dosanya

Allah  berfirman:

 رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihi¬lah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil.”  QS. al-Isra` [17]: 24

3. Termasuk berbuat baik kepada orang tua setelah meninggalnya adalah dengan cara memuliakan teman-temannya, sanak kerabat dan saudara-saudaranya

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ

”Kebaikan yang terbaik adalah jika seseorang menyambung orang yang disenangi bapaknya.” (HR. Muslim: 2552) Dalam hadits yang lain dari Abu Burdah radhiyallahu'anhu, beliau mengatakan: “Aku datang ke kota Madinah lalu datanglah kepadaku Abdullah Ibnu ‘Umar seraya berkata: ”Taukah kamu kenapa aku datang kepadamu?”, maka aku menjawab: “Aku tidak tahu.” Maka beliau Ibnu ‘Umar mengatakan: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu'alahi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِلَ أَبَاهُ فِيْ قَبْرِهِ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ بَعْدَهُ

”Barangsiapa ingin menyambung orang tuanya setelah meninggalnya, hendaklah ia menyambung teman-teman (saudara) orang tuanya setelahnya dan sesungguhnya antara ayahku (Umar) dan ayahmu memiliki tali persahabatan dan saling mencintai, maka aku ingin menyambung hal itu (setelah matinya, pent).” (HR. Ibnu Hibban: 2/175, termaktub dalam Shahih al-Jami’: 5960)

4. Termasuk berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya adalah dengan bersedekah berupa ilmu, membangun masjid, menggali sumur, memberi mushaf, dll dari amal jariyah yang akan sampai pahalanya kepada orang tuanya

‘Aisyah radhiyallahu'anha meriwayatkan, bahwasanya seseorang pernah berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ibuku meninggal secara tiba-tiba dan tidak sempat berwasiat, dan aku mengira jika dia bisa berbicara maka dia akan bersedekah, apakah baginya pahala jika aku bersedekah untuknya dan apakah aku juga akan mendapatkan pahala?”, maka Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Ya”. Kemudian orang tadi mengatakan, “Aku bersaksi bahwa kebun yang berbuah ini aku sedekahkan atas namanya.” (HR. al-Bukhari: 2605 dan Muslim: 1004)

Dan dalam hadits yang lain, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa ada seseorang yang mengatakan kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya orang tuaku meninggal dan telah meninggalkan harta dan tidak mewasiatkan apa-apa, apabila aku bersedekah dengan meniatkan untuk orang tuaku, apakah hal itu akan menghapus dosanya?,” Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab, “Ya”. (HR. al-Bukhari: 2605)

Tentang hadits shahih ini, kita tetapkan apa adanya, akan tetapi walaupun sang anak tidak meniatkan pahala untuk orang tuanya pun secara langsung pahala tersebut akan sampai, karena anak merupakan bagian dari usaha orang tua, sebagaimana yang telah berlalu penjelasannya.

5. Menunaikan wasiatnya jika tidak melanggar syar’i, membayarkan hutangnya baik harta maupun puasa nadzar

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

“Barangsiapa yang meninggal dan masih menanggung hutang puasa, maka walinya yang menunaikannya.” (HR. Bukhari, Muslim, dll)

Berbakti kepada Orang Tua Semasa Hidupnya


Berbakti kepada Orang Tua Semasa Hidupnya
Berbakti kepada Orang Tua Semasa Hidupnya

Berbakti kepada orang tua Pada masa hidupnya

Pertama: Mempergauli Keduanya dengan Baik di Dunia

Allah SWT berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya selama dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”   QS. Luqman [31]: 14-15

Dan dalam hadits yang shahih diriwayatkan:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ أَقْبَلَ رَجُلٌ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ j فَقَالَ أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ أَبْتَغِيْ الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ. قَالَ « فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ حَيٌّ ». قَالَ نَعَمْ بَلْ كِلاَهُمَا. قَالَ « فَتَبْتَغِيْ الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا »

Dan Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyalllahu'anhu berkata: ”Telah datang seseorang kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan mengatakan, “Aku akan membaiatmu untuk hijrah dan jihad dalam rangka mengharapkan pahala dari Allah”, maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: “Apakah salah satu dari orang tuamu ada yang masih hidup?” Orang tersebut menjawab, ”Ya masih hidup, bahkan keduanya masih hidup”. Rasulullah kemudian bertanya, “Apakah kamu menginginkan pahala dari Allah?”, maka laki-laki tadi menjawab, ”Ya, aku mengharap¬kan pahala”. Lalu Rasulullah berkata kepadanya, “kalau demikian maka pulanglah kepada kedua orang tuamu dan pergaulilah mereka dengan sebaik-baiknya.” (HR. Muslim: 2549)

Kedua: Mendakwahi Keduanya

Dengan selalu mendoakan kedua¬nya serta antusias dalam menasehati, mengerahkan segala daya dan upaya agar Allah  memberikan hidayah Islam kepada keduanya apabila keduanya masih kafir, dan memberikan hidayah kepada manhaj yang benar.

Allah Ta'ala telah memberitakan kepada kita tentang hal tersebut, di antaranya adalah dalam firman-Nya:

 وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45) قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47)

“Ceritakanlah (wahai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Qur`an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan (perkara ghaib yang datang dari Allah) lagi seorang Nabi. 

Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan juga tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu penge¬tahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutil¬ah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan. Ayahnya berkata, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam. Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama.”    QS. Maryam [19]: 41-47

Dan jika sang anak sudah berusaha secara maksimal untuk mengajak orang tuanya ke jalan yang benar, akan tetapi orang tuanya tidak mengindahkan dakwahnya justru malah menentang¬nya, maka sang anak tidak tergolong durhaka kepada orang tua, selama cara dan jalan yang ditempuh tersebut benar, bahkan ia tergolong anak yang cinta kepada orang tuanya, karena mengharapkan orang tuanya mendapatkan nikmat paling agung yaitu hidayah. Oleh karena itu, hendaknya sang anak tidak putus asa dan berhenti dalam mendakwahi orang tuanya.

Ketiga: Rendah hati di hadapan kedua orang tua, tidak mengangkat suara di hadapan keduanya walaupun sekedar ucapan uf atau ah

Allah  berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا 24وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا 

Dan Tuhanmu telah memerintah¬kan supaya kamu tidak menyembah selain -Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidikku sewaktu aku masih kecil.” QS. al-Isra` [17]: 23-24


Andai Kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita

Andai Kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita
Andai Kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita
Andai kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita, kita tidak akan men-sia-sia-kan kesempatan sekecil apapun untuk mencintainya, menyerahkan seluruh kesejatian cinta yang kita miliki semasa hidupnya dan berkelanjutan sampai dengan saat beliau menjadi Ahli kubur menanti hari kebangkitan.

Seorang Ibu adalah berkah terbaik yang dianugrahkan Allah SWT kepada ummatnya untuk kehidupan kita dunia dan akhirat setelah berkah syafaat Rasulullah SAW.

Seorang sahabat datang kepadaku, dan bercerita betapa ia sangat mencintai Ibunya, namun saat ini beliau sedang sakit keras dan terbaring di tempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa, kadang sahabat merasa letih saat ibunya berperilaku seperti anak kecil, dan sulit untuk diatur. Ia harus pagi-pagi berangkat dari rumah untuk membantu Ibu membersihkan tubuhnya, mengurus pup dan pip nya, memandikannya, mengurus sarapannya dan sebagainya, sebelum Ia berangkat bekerja.

Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya menghapus rasa letih sahabat baikku ini, selain memberinya sedikit wawasan tentang betapa semua yang ia hadapi adalah berkah terbaik yang sangat penting untuk di syukuri, dinikmati dan dirasakan sebagai berkah terbaik yang kita miliki.

Berkah memiliki seorang Ibu itu, adalah sau-satunya berkah yang tidak akan pernah berhenti dalam hidup kita, sampai kita mati, bahkan berkah yang melekat sampai dengan hari kebangkitan kelak.

Cinta Ilahiyah, mencintai Ibu sebagai satu-satunya orang yang harus kita hormati setelah Rasulullah SAW, yaitu ibumu...ibumu..dan ibumu... 

Aku memintanya mencoba untuk melakukan 1 Hal ini :

Sempatkan 1 kali saja duduk dekat Ibu, lihat dan perhatikan wajahnya, kulit wajahnya yang keriput, perhatikan kondisinya saat itu, dan coba sentuh pipinya dengan punggung tanganmu dengan lembut, cium punggung tangannya dan rasakan dengan dalam kulitnya di kulit waahmu, kemudian tataplah pancaran matanya seindah mungkin dengan penuh cinta, lalu katakan dalam hatimu "ya Allah, suatu hari hamba tidak lagi bisa merasakan lembut kulitnya, harum tubuhnya, memeluknya erat, menciumnya dengan penuh cinta, menatap matanya, merasakan kenyamanan berada bersamanya, hamba sangat mencintainya, berilah hamba sebanyak mungkin kesempatan untuk berbahagia bersama Ibu, membahagiakannya yang paling mungkin bisa hamba raih, sebelum Ia kembali kepadaMu"

Lalu, aku memintanya mengingat sedikit saja kenangan salah satu kenangan saat ia kecil, yang aku yakin, pasti memiliki kenangan kecil yang sama dengan seluruh anak bayi dimuka bumi ini.

Satu kenangan saat kita masih bayi, terlahir dari rahim seorang ibu, mungkin ini klasik, tapi kenangan yang aku ingin sahabat aku ingat adalah kejadian ini :

"saat kita bayi, tidak bisa bangun, hanya terbaring lemah, kita pup dan pip, kita makan dan sebagainya, disusui, coba ingat-ingat, bagaimana cara seorang ibu menyuapi kita makan, mengurus perlengkapan kita, membersihkan kotoran kita ? Bagaimana Ekspresi seorang Ibu melakukan hal tersebut untuk kita ? kita mungkin tidak tahu saat kita bayi, tapi kita selalu melihat percontohannya saat kita sudah berkeluarga dan melihat bagaimana kita menyambut semua itu kepada anak kita ?"

SUKA CITA !! ya, seorang Ibu pasti melakukannya dengan penuh suka cita ! menyuapi kita dengan rayuan indahnya, mengibaratkan sendok berisi makanan dengan melayang-layang seperti pesawar sebelum disuapi ke mulut kita, BAHKAN, saat beliau mengetahui kita PUP/Buang Air Besar, dengan penuh suka cita seorang ibu menyambutnya dengan penuh suka cita misalnya dengan mengatakan "wah, dede bayi pintar nih, pupnya bagus, harum juga nih"...

Lalu aku meminta sahabatku mengingat kembali bagaiman ekspresinya saat ia melakukan hal yang sama kepada Ibunya yang saat ini juga terbaring tidak berdaya, ekspresinya saat menyuapi, saat memandikan, saat membersihkan pupnya, apakah ia memiliki perasaan yang sama seperti perasaan Ibu saat ia masih bayi ?

Sahabatku tidak menjawab, melainkan menangis, hatinya seperti di remas-remas tidak terungkapkan apa yang ia rasakan saat itu.

Lalu secara pelan-pelan, aku bercerita tentang Ayat Al Quran yaitu dalam Surat At Taubah : 113.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

“Tidaklah boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” [QS At Taubah: 113]


Aku meminta sahabatku memikirkan, Rasulullah SAW yang sangat mencintai Umatnya, bahkan sebelum sakaratul maut Rasulullah SAW sangat mencemaskan umatnya, dengan mengucapkan: ummati..ummati..ummati.. Rasulullah SAW sangat mencintai Umatnya, kita semua yang belum pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan belum ditemui oleh Rasulullah SAW saja, sangat dicintai oleh Rasulullah SAW.  Lalu bagaimana perasaan Rasulullah terhadap Ibunya, seseorang yang melahirkannya ? pertalian darah langsung dengan dirinya ? bagaimana dengan kita sendiri dengan Ibu kita, dan Ibu kita terhadap kita ?

Masya Allah ! Betapa getir perasaan Rasulullah SAW, ia menangis, ia bersedih, saat Allah SWT melarangnya untuk mendoakan Ibunya, jangankan untuk mengangkat Ibunya untuk masuk kedalam syurga tanpa Hisab, bahkan berdoa untuk pengampunan Ibunya pun Rasulullah SAW tidak diperbolehkan untuk melakukannya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR. Muslim no.108, 2/671)
Aku kemudian meminta sahabat baikku untuk mensyukuri, betapa kita semua masih lebih beruntung masih memiiliki begitu banyak kesempatan untuk memberikan bakti kita kepada Ibu kita, memberikan sebanyak mungkin memenuhi hak orangtua yang bisa diterima dari anak-anaknya,  

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا

“Jika salah seorang di antara mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadanya “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya.” (al-Isra: 23)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Isra: 24)

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan berterimakasihlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu dan kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14)

Dan uraian tentang bagaimana cara berbakti kepada Orangtua semasa hidupnya atau setelah meninggalnya, silahkan klik link tersebut dibawah ini :







Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda

Selamat Hari Sumpah Pemuda 2016

Semoga Pemuda-Pemudi Indonesia tetap sehat lahir dan bathin, demi menerima tongkat estafet kepemimpinan Bangsa Indonesia, Bangsa yang besar dan bermartabat.

Thursday, October 27, 2016

Kebahagiaan

Kebahagiaan
Kebahagiaan
Kebahagiaan, adalah tujuan dari semua hamba, dengan beragam harapan sesuai dengan pikiran dan impian masing-masing.

Kebahagiaan dalam impian hamba, adalah pendaran cahaya yang tertutup kabut, Ya Allah.. Hanya Engkau yang Maha memperjelas semuanya, andainya pun tidak ada kebahagiaan untuk hamba didalam dunia ini, hamba yakini, bahwa Engkau mempersiapkan kebahagiaan itu di kehidupan hamba selanjutnya.

Amiin

Monday, October 24, 2016

Menjadi Sahabat

Rasanya,

Ingin bisa selalu menjadi sahabat bagi anak-anak, agar mereka nyaman bermain dan merasa bebas terbuka dengan kita karena menganggap ibunya adalah sahabatnya, tidak ada batas untuk mengkomunikasikan apa saja dengan nyaman tanpa takut tapi tidak meninggalkan sikap santun thd orang tuanya.

Sejak dini, kenyamanan komunikasi nemang perlu dibangun antara kita dan anak-anak.

Agar suatu hati kelak, saat anak-anak terjun ke wahana komunikasi dan pergaulan yang lebih luas lagi dan tidak berdampingan dengan orang tuanya, mereka tetap kooperatif untuk bertanya dan tetap kordinasi karena budaya kenyamanan komunikasi telah tercipta sejak dini.

Sehingga daya tangkal anak2 saat beranjak remaja menghadapi pengaruh buruk lingkungan dan pergaulannya, akan lebih tangguh menjawab semua kemungkinan.

MOM is MY BEST FRIEND
#mama_teman_sejatiku

Sunday, October 23, 2016

Suatu saat, akhirnya kita akan...


Suatu saat nanti..
Hamba akhirnya akan berjalan sendiri...
Sendiri sebagai hamba,
karena Engkau adalah sang Maha..
dan saat itulah,
Engkau ya Allah...
Yang hamba harapkan
menerangi jalan-jalan
Yg harus hamba tempuh
Tiada sesiapa..