Saturday, February 16, 2019

Peta Pendidikan Dasar Membentuk Wajah dan Karakter Bangsa


Peta Pendidikan Dasar Membentuk Wajah dan Karakter Bangsa.

Aku tidak sedang berpolitik, juga tidak sedang berdakwah. Aku hanya ingin menulis apa yang sedang aku pikirkan. 

Memperhatikan pergerakan dan perkembangan #Digital, jejak rekam masyarakat Indonesia yang mulai membuka mata dengan adanya kemudahan mendapatkan informasi dan semua aplikasi bantuan lainnya dari sisi Teknologi Informasi, membuat hal tersebut menjadi semakin menarik perhatian.

Bagaimana tidak, kita selaku pengguna dan penikmat sajian informasi melalui media sosial, tentunya akan berinteraksi dengan semua sajian digital, dan itu artinya kita mempertontonkan seluruh wajah kita, bahkan memamerkan bagaimana gaya hidup kita, karakter yang kita miliki dan semua hal tentang diri kita.  Semangat untuk berbagi menjadi tidak lagi berbatas, semua serba di “sharing” bahkan cacian dan perkelahian pun semua di sharing, sepele-nya sakit, berdoa, susah hati, “bad-mood”, Tagihan, Hutang, dan segala-segala dibagikan.

Pengguna #MediaSosial, bukan hanya orang dewasa yang cukup umur sesuai syarat ditetapkan oleh setiap aplikasi media social, tapi juga anak-anak yang belum cukup umur yang dengan cara bagaimana pun tetap bisa mendaftar dan menikmati fasilitas ini.

Yang paling parah lagi adalah, pada masa-masa durasi event tertentu seperti #PemilihanUmum dan #Pilkadaserentak , wah luar biasa !

Inilah Potret Wajah Bangsa ! Semua merasa berhak menulis, menyebar, memforward sampai dengan postingan-postingan menghakimi.
Apa kita tidak malu dengan hal ini ? dimata Dunia, dimata semua kerabat dan teman di media Sosial, dimata keluarga dan anak anak kita ? Serta apa benar, budaya buruk ini yang kita wariskan kepada generasi setelah kita ? Anak cucu kita ?

Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang memiliki Sejarah Besar tentang Keluhuran Budi Pekerti yang ditanamkan oleh para leluhur kakek dan nenek moyang kita. Persatuan dan Kesatuan, Zaman dahulu, semua proses mendidik tentang nilai-nilai kesantunan diberikan melalui percontohan dalam situasi yang sangat mendesak. Lalu setelah Indonesia Merdeka, semua doktrin keluhuran tersebut, dikemas dalam sebuah lambang, semboyan dan dasar Negara, serta Undang-Undang Dasar 1945 yang semua ini sudah terumuskan dengan sangat terpadu yang akan menjadi tuntutan tata cara kehidupan rakyat Indonesia.

Setelah masa kepemimpinan pertama berakhir, estafet berjalan dengan meletakkan semua nilai warisan leluhur, Pancasila, UUD 1945, serta Semoboyan/Motto Bangsa, semuanya itu ditanamkan kepada seluruh aktivitas Pendidikan, mulai dari Pendidikan terkecil, sampai perguruan tinggi, lalu pelatihan perusahaan milik pemerintah, dengan diselenggarakannya Penataran P4 (Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang dilakukan sejak 1978 dan dihapuskan sejak Orde Baru Tumbang berganti dengan order Reformasi di tahun 1990.

Penataran P4 pada saat itu dianggap sebagai Doktrin Negatif pemerintahan Order Baru oleh Masyarakat Indonesia, Padahal, dengan adanya Penataran P4 adalah tata cara Pemerintah dalam menyamakan persepsi dengan rakyatnya dalam kehidupan bernegara, Kandungan Doktrin dalam Kegiatan Penataran P4 pun semua berujung pangkal kepada Dasar Negara yaitu Pancasila yang harus menjadi Pedoman, wajib di Hayati dan peng-amal-an seluruh kandungan riwayat dalam bernegara.

Pendidikan Moral Pancasila, juga merupakan menu Utama dalam kurikulum Pendidikan di Indonesia saat itu, yang juga dihapuskan saat orde baru jatuh.

Generasi yang terakhir mendapatkan Mata Pelajaran dan Penataran P4 adalah Anak-anak yang pada usia sekolah dasar di tahun 1989. Sementara sejak Anak-anak yang berusia 7 tahun pada tahun 1990, sudah tidak lagi mendapatkan kurikulum Penataran P4 dan Pendidikan Moral Pancasila.

Sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2019 ini, adalah 29 Tahun, artinya Anak-anak yang berusia 7 tahun pada tahun 1990 + Durasi 29 Tahun tanpa P4 dan Pancasila, artinya orang-orang usianya saat ini 36 Tahun ini, adalah generasi yang tidak mendapatkan Pendidikan P4 dan PMP selama mereka bersekolah. Termasuk Orang-orang selanjutnya yang berusia dibawah 36 Tahun.
Pelajaran Apa yang bisa diambil dari kejadian ini ?

Ya Betul ! Kita tidak lagi menjadikan Pancasila sebagai pegangan hidup bernegara, tidak Menghayatinya dan tidak mengamalkannya. Dasar Negara, Lambang Negara serta nilai-nilai luhur yang telah diwariskan kepada kita seolah menguap, kita menyadarinya asal ADA, retorika berlaka.

Oleh karenanya, sebaiknya KEMBALIKAN Pendidikan Moral Pancasila serta Penataran P4, diberlakukan wajib, terutama dalam Pendidikan dasar, dan lanjutan menengah dan Atas, serta seluruh ASN Pemerintah, agar dalam melakukan tugasnya serta pada siswa seabagai penerus bangsa, benar-benar menjadi generasi Bangsa yang sesuai dengan ruh kebangsaan Negara Kesatuan Republic Indonesia.

Aku berharap besar kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor 2 pada Pemilu 2019 mampu menciptakan Generasi Bangsa untuk masa depan, sambal secara parallel menyelesaikan persoalan bangsa, melalui pemberdayaan intensif doktrin Pancasila, UUD 1945 untuk diterapkan didalam Pendidikan dasar agar menjadi generasi yang kuat, tangguh berbudi pekerti luhur sehingga kelak tongkat estafet Pengelolaan Republik Idnonesia sebagai Bangsa Besar dimata dunia tetap terkawal dengan baik.

Pemimpin Negara adalah pihak eksekutif, eksekutor, pengelola Pemerintahan yang harusnya memikirkan masa depan bangsa dan rakyatnya, memberikan dan meratakan kesejahteraan diseluruh rakyat Indonesia.

Bukan Pemimpin yang hanya memikirkan untuk kepentingan kesejahteraan dirinya dan golongannya dengan cara instan dalam durasi periode kekuasaannya, hingga tidak memikirkan masa depan bangsa bagaimana nanti pemimpin selanjutnya, terutama dalam penyelesaian Hutang Negara.

Semoga #prabowo-sandi Calon Presiden Bapak Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Bapak Sandiaga Uno, bisa menjadi pemenang pada 17 April 2019 mendatang.  Amin.

Ayo !
Gaungkan Kampanye yang baik !
Buang Kampanye Jahat dan Julid !
Abaikan Hujatan yang memancing Emosi !
#Gerindra
#PartaiGerindra
#HUTGerindra
#MemenangkanIndonesia
#prabowo-sandi      

Indonesia Memang Harus Menang



Kemajemukan adalah alasan yang membuat Indonesia dikenal sebagai Bangsa yang besar di seluruh dunia. Tentu saja, dengan Negara Kepulauan terbesar, Indonesia memiliki Suku Bangsa serta budaya yang sangat banyak yang tentunya menjadi ragam budaya, ragam kuliner, ragam Bahasa, Ragam kekayaan dari sumber daya alam, gemah ripah loh jinawi, keaneka ragaman Hayati, hasil bumi yang luar biasa sebagai modal sebuah Bangsa dan Negara.

Kemajemukan ini lah sebagai anugerah yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia, sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali, dari atas hingga bawah, pengelola negara atau rakyat jelata, seluruhnya bertanggung jawab untuk menciptakan persatuan kesatuan yang diwariskan oleh para kakek-nenek moyang kita yaitu “BHINNEKA TUNGGAL IKA”

Lalu Indonesia Memang harus menang ! Melawan Siapa ?

Kemajemukan itu adalah kumpulan dari sekian banyak Individu dan golongan yang memiliki ciri khas berbeda-beda, pemikiran yang berbeda, hasrat dan harapan yang begitu banyak berkumpul dalan sebuah persatuan kebangsaan. Tentu saja semua itu juga memiliki risiko konflik dalam berinteraksi satu garis yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya  sebuah bangsa.

Contoh yang paling sederhana adalah Pemilu saat ini.

Semua berteriak tentang Pemilu Damai, demi menciptakan suasana positif pesta Demokrasi, sekaligus saling berteriak cacian dan hinaan, semua berjalan Paralel, bersanding Sempurna dalam hingar bingar Pesta Demokrasi, semua pihak menyulut, mempertontonkan kemegahan maha sempurna dengan tata cara yang seakan semua cara menjadi sebuah ikhtiar yang halal. Pesta yang menyulut perpecahan, bukan aura kenduri persaudaraan sebuah bangsa.

Kebenaran BERITA, bersanding dengan HOAX, kemeriahan yang membahana secara Paralel, tanpa bisa menyatu dalam sebuah “pernikahan budi pekerti dalam membina rumah tangga Negara”. Padahal BERITA adalah salah satu cara komunikasi seluruh rakyat dalam sebuah negara. Berita yang bergulir harusnya mempertontonkan kebenaran informasi seluruh pihak, tidak pilih kasih.

Rakyat terlena dengan euphoria tak berdasar fakta dan belum tentu berujung kebenaran. Semua BLUNDER, karena Tercemar dan terkontaminasi berita HOAX atau EDITAN CUPLIKAN GAMBAR SESAT, yang bergaung riuh rendah bersama dengan pihak yang meneriakkan KLARIFIKASI BERITA sebenarnya, dan semua itu menjadi tidak terdengar, apalagi untuk dimengerti.

Budaya rakyat akhirnya bertransformasi, entah sekarang Siapa mempengaruhi Siapa ? Coba perhatikan perkembanganya.
·     
  •     Apakah para Pihak yang berkampanye yang menjejali dan mendoktrin rakyat untuk percaya kepada apa yang mereka katakan ? Atau
  •       Apakah Rakyat (=yang blunder atas propaganda oknum penjual jasa peraih suara) yang pada akhirnya menciptakan mata rantai berita yang menyulut adrenalin pada calon Pemimpin menjadi sensitive emosional sehingga hilang kendali tampil dihadapan rakyatnya, dimana seharusnya mereka bersikap sebagai FIGUR KEBANGSAAN ?

Indonesia memang harus Menang !

Rakyat Indonesia seluruhnya harus memiliki NYAWA sebagai satu kesatuan (baik Calon Pemimpin dan Rakyatnya) harus saling memberikan arah yang kondusif meraih Tujuan Global bersama, menjaga NKRI sebagai cita-cita dan semangat yang tidak pernah menguap, dengan menyadari sepenuhnya bahwa KEMENANGAN ITU BISA KITA RAIH
     
      A.  Dengan mengalahkan seluruh pemikiran hanya berdasarkan BENAR atau SALAH dengan MEMBUANG :
1.      Rasa Egoisme dan Egosentris Diri Sendiri,
2.      Kepentingan Pribadi yang memicu konflik antar Pribadi dan Golongan,
3.      Kekacauan pikiran dari hasrat alami merasa seallau benar dan tidak mengakui kesalahannya.
4.      Emosi yang membabi buta menghalalkan segala cara haram untuk tujuan kecurangan
5.      Perilaku-perilaku Jahat dalam menciptakan berita meme dan video serta lainnya yang dimodifikasi demi kepentingan Pribadi dan golongan

        B.      Dengan saling mengajak semua pihak untuk melakukan kebaikan misalnya
a.      Mempropagandakan Program dengan cara yang baik
b.      Memberikan edukasi yang baik dalam memberikan kampanye kepada masyarakat
c.       Mengeluarkan seluruh kemampuan kita untuk berkampanye untuk calon unggulan dengan tanpa MENGHUJAT DAN MENGHINA ATAU MENJULIDKAN pihak lawan

        C.  Para pemirsa, rakyat yang menyaksikan yang merasa telah terlegitimasi dengan Tagar 
             Pengakuan “RAKYAT SUDAH CERDAS” seharusnya benar cerdas dengan 
             membudayakan perilaku : 
a.      Tidak sembarang membagikan berita yang belum tentu kebenaranya apalagi berita-berita yang bernuansa fitnah dan hujatan, celaan, meme tidak pantas dan sejenisnya.
b.      Tidak mengeluarkan atau menciptakan berita Bohong dan fitnah, serta mempropagandakan keburukan
c.       Kita rakyat sebagai Pemilih, harus punya kesantunan dalam menggunakan hak memilih, yaitu dengan Memilih, tanpa Menghujat dan mencaci pihak yang tidak kita pilih.
d.      Kita bisa membantu mengkampanyekan program-program pihak yang kita unggulkan sesuai dengan program pihak unggulan kita yang kita nilai baik untuk bangsa ini, tanpa perlu ditambahkan atau disandingkan dengan huujatan kepada pihak yang tidak kita pilih.

Disinilah, Rakyat Indonesia MEMANG harus Menang !

Menang dalam hal menguasai dan mengendalikan sikap dan perilakunya menjadi lebih positif dalam menentukan arah bangsa menjadi BANGSA YANG BESAR, bukan hanya tentang Segala macam kekayaan dan keaneka ragaman Indonesia, akan tetapi BANGSA YANG BESAR adalah bangsa yang memiliki adab dan mampu menjaga KEHORMATAN dimata Internasional serta mampu menghargai jasa para Pahlawannya.

Para Pemimpin Negara Indonesia sejak dulu, sekarang, juga selanjutnya, bukan seorang Malaikat, yang tidak luput dari kekeliruan,  namun beliau-beliau juga Pahlawan Bangsa yang kita wajib hormati, meskipun dalam setiap periode selalu ada evaluasi, ada saat diteruskan namun sebaliknya harus bergantian, semua harus diterima dengan lapang dada, jikapun harus ada perbaikan, biarkan rakyat yang menentukan dengan pemikiran yang jernih.

Sekali lagi, kita punya Pilihan, tapi tidak perlu menghujat pihak yang tidak kita pilih !

Sebagai bagian dari Rakyat, kita berdoa Semoga  Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02, beserta seluruh Tim dan para pendukungnya, bisa menjadi pelopor bagi pergerakan budaya kesantunan melewati masa proses Pemilihan Umum dan kuat mengendalikan emosi dengan mengedepankan perilaku yang santun dan beradab, agar cita-cita kita tercapai yaitu menjadi #indonesiamenang yang #adildanmakmur bisa tercapai.
Jika Semua Tim dan Pendukung melakukan pergerakan kebaikan, maka pesta demokrasi ini seperti merendam butir-butir kacang hijau, yang tidak berkualitas akan mengambang, akan jelas terlihat, dan ini akan memberikan kesempatan mereka untuk melakukan perubahan menjadi pemilih yang insya Allah lebih baik.

Ayo !
Gaungkan Kampanye yang baik !
Buang Kampanye Jahat dan Julid !
Abaikan Hujatan yang memancing Emosi !
#Gerindra
#PartaiGerindra
#HUTGerindra
#MemenangkanIndonesia
#prabowo-sandi

Tulisan ini sudah terbit di link FB :
https://www.facebook.com/selvialdriani/posts/10218621083981148

Friday, February 8, 2019

Apakah semangat persaudaraan akan membawa kita ke Surga ?


Apakah semangat persaudaraan akan membawa kita ke Surga ?

Bolehkah hamba bertanya demikian, Ya Allah SWT...

Setelah beragam kata Mutiara yang hamba temui, lebih banyak menyatakan
"Sahabat yang baik adalah sahabat yang bisa membawa kita ke surga"

Sahabat dalam kebaikan
Sahabat dalam jalan kebenaran
Sahabat dalam Kasih Sayang
Sahabat dalam keperdulian
Sahabat yang selalu ada untuk kita dalam kebaikan

lalu bagaimana dengan pesaudaraan, setalian darah selahir dalam satu kandungan yang sama ?
sementara hamba sendiri atau lainnya masih seringkali khilaf,
memiliki hubungan persahabatan jauh lebih mesra dan indah seakan Bahasa Surga dibawa ke dunia, dibandingkan dengan ukhuwah hhamba kepada para saudara sedarah dan sekandung ?

Padahal, Saat nyawa berpisah dari raga, kita tiada mampu melakukan apa apa selain para saudara kita yang akan mengurus seluruh keperluan kepulangan kita, serta Doa para saudara sedarah dan sekandung yang akan menghentikan azab-azab kita selain dari sodaqoh yang ditunaikan oleh mereka untuk kita, selain dari apa yang telah kita upayakan saat kita hidup.

Ampuni hamba ya Allah,

Saturday, February 2, 2019