Andai Kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita |
Andai kita semua mengetahui, dahsyatnya Seorang Ibu bagi kita, kita tidak akan men-sia-sia-kan kesempatan sekecil apapun untuk mencintainya, menyerahkan seluruh kesejatian cinta yang kita miliki semasa hidupnya dan berkelanjutan sampai dengan saat beliau menjadi Ahli kubur menanti hari kebangkitan.
Seorang Ibu adalah berkah terbaik yang dianugrahkan Allah SWT kepada ummatnya untuk kehidupan kita dunia dan akhirat setelah berkah syafaat Rasulullah SAW.
Seorang sahabat datang kepadaku, dan bercerita betapa ia sangat mencintai Ibunya, namun saat ini beliau sedang sakit keras dan terbaring di tempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa, kadang sahabat merasa letih saat ibunya berperilaku seperti anak kecil, dan sulit untuk diatur. Ia harus pagi-pagi berangkat dari rumah untuk membantu Ibu membersihkan tubuhnya, mengurus pup dan pip nya, memandikannya, mengurus sarapannya dan sebagainya, sebelum Ia berangkat bekerja.
Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya menghapus rasa letih sahabat baikku ini, selain memberinya sedikit wawasan tentang betapa semua yang ia hadapi adalah berkah terbaik yang sangat penting untuk di syukuri, dinikmati dan dirasakan sebagai berkah terbaik yang kita miliki.
Berkah memiliki seorang Ibu itu, adalah sau-satunya berkah yang tidak akan pernah berhenti dalam hidup kita, sampai kita mati, bahkan berkah yang melekat sampai dengan hari kebangkitan kelak.
Cinta Ilahiyah, mencintai Ibu sebagai satu-satunya orang yang harus kita hormati setelah Rasulullah SAW, yaitu ibumu...ibumu..dan ibumu...
Aku memintanya mencoba untuk melakukan 1 Hal ini :
Sempatkan 1 kali saja duduk dekat Ibu, lihat dan perhatikan wajahnya, kulit wajahnya yang keriput, perhatikan kondisinya saat itu, dan coba sentuh pipinya dengan punggung tanganmu dengan lembut, cium punggung tangannya dan rasakan dengan dalam kulitnya di kulit waahmu, kemudian tataplah pancaran matanya seindah mungkin dengan penuh cinta, lalu katakan dalam hatimu "ya Allah, suatu hari hamba tidak lagi bisa merasakan lembut kulitnya, harum tubuhnya, memeluknya erat, menciumnya dengan penuh cinta, menatap matanya, merasakan kenyamanan berada bersamanya, hamba sangat mencintainya, berilah hamba sebanyak mungkin kesempatan untuk berbahagia bersama Ibu, membahagiakannya yang paling mungkin bisa hamba raih, sebelum Ia kembali kepadaMu"
Lalu, aku memintanya mengingat sedikit saja kenangan salah satu kenangan saat ia kecil, yang aku yakin, pasti memiliki kenangan kecil yang sama dengan seluruh anak bayi dimuka bumi ini.
Satu kenangan saat kita masih bayi, terlahir dari rahim seorang ibu, mungkin ini klasik, tapi kenangan yang aku ingin sahabat aku ingat adalah kejadian ini :
"saat kita bayi, tidak bisa bangun, hanya terbaring lemah, kita pup dan pip, kita makan dan sebagainya, disusui, coba ingat-ingat, bagaimana cara seorang ibu menyuapi kita makan, mengurus perlengkapan kita, membersihkan kotoran kita ? Bagaimana Ekspresi seorang Ibu melakukan hal tersebut untuk kita ? kita mungkin tidak tahu saat kita bayi, tapi kita selalu melihat percontohannya saat kita sudah berkeluarga dan melihat bagaimana kita menyambut semua itu kepada anak kita ?"
SUKA CITA !! ya, seorang Ibu pasti melakukannya dengan penuh suka cita ! menyuapi kita dengan rayuan indahnya, mengibaratkan sendok berisi makanan dengan melayang-layang seperti pesawar sebelum disuapi ke mulut kita, BAHKAN, saat beliau mengetahui kita PUP/Buang Air Besar, dengan penuh suka cita seorang ibu menyambutnya dengan penuh suka cita misalnya dengan mengatakan "wah, dede bayi pintar nih, pupnya bagus, harum juga nih"...
Lalu aku meminta sahabatku mengingat kembali bagaiman ekspresinya saat ia melakukan hal yang sama kepada Ibunya yang saat ini juga terbaring tidak berdaya, ekspresinya saat menyuapi, saat memandikan, saat membersihkan pupnya, apakah ia memiliki perasaan yang sama seperti perasaan Ibu saat ia masih bayi ?
Sahabatku tidak menjawab, melainkan menangis, hatinya seperti di remas-remas tidak terungkapkan apa yang ia rasakan saat itu.
Lalu secara pelan-pelan, aku bercerita tentang Ayat Al Quran yaitu dalam Surat At Taubah : 113.
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tidaklah boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” [QS At Taubah: 113]
Aku meminta sahabatku memikirkan, Rasulullah SAW yang sangat mencintai Umatnya, bahkan sebelum sakaratul maut Rasulullah SAW sangat mencemaskan umatnya, dengan mengucapkan: ummati..ummati..ummati.. Rasulullah SAW sangat mencintai Umatnya, kita semua yang belum pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan belum ditemui oleh Rasulullah SAW saja, sangat dicintai oleh Rasulullah SAW. Lalu bagaimana perasaan Rasulullah terhadap Ibunya, seseorang yang melahirkannya ? pertalian darah langsung dengan dirinya ? bagaimana dengan kita sendiri dengan Ibu kita, dan Ibu kita terhadap kita ?
Masya Allah ! Betapa getir perasaan Rasulullah SAW, ia menangis, ia bersedih, saat Allah SWT melarangnya untuk mendoakan Ibunya, jangankan untuk mengangkat Ibunya untuk masuk kedalam syurga tanpa Hisab, bahkan berdoa untuk pengampunan Ibunya pun Rasulullah SAW tidak diperbolehkan untuk melakukannya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ « اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR. Muslim no.108, 2/671)
Aku kemudian meminta sahabat baikku untuk mensyukuri, betapa kita semua masih lebih beruntung masih memiiliki begitu banyak kesempatan untuk memberikan bakti kita kepada Ibu kita, memberikan sebanyak mungkin memenuhi hak orangtua yang bisa diterima dari anak-anaknya,
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا
“Jika salah seorang di antara mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadanya “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya.” (al-Isra: 23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Isra: 24)
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan berterimakasihlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu dan kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14)
Dan uraian tentang bagaimana cara berbakti kepada Orangtua semasa hidupnya atau setelah meninggalnya, silahkan klik link tersebut dibawah ini :
No comments:
Post a Comment