Tulisan ini, aku tulis saat usia aku 34 Tahun. Kalau saat ini aku 47 Tahun, berarti sudah 13 tahun yang lalu ya. Tapi aku sore tadi baru saja ngobrol dengan kawan-kawan, dan tidak ada salahnya ini dibagikan kembali. Semoga bermanfaat untuk menjaga kesehatan bagi yang belum terkena Diabetes Mellitus. Selamat Membaca.
DIABETES MELLITUS SANG PENGHANCUR
Ditulis oleh : Selvi Aldriani, 34 tahun
Aku adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara. Ibuku seorang Ibu rumah tangga yang sangat Istimewa, dan Ayahku sekarang sudah Pensiun dari Perusahaan Umum Listrik Negara sejak tahun 1991 yang lalu. Ayahku, terkena serangan stroke sejak tahu 1981 sampai dengan saat ini, ia hanya melakukan seluruh aktifitasnya dengan separuh tubuh sebelah kanannya, jadi kira-kira sudah 25 tahun ia jalani dalam kondisi seperti ini. Dan bukan mustahil, Ayahku mungkin adalah penderita stroke terlama di seluruh Indonesia.
Stroke yang dialami oleh Ayahku, disebabkan oleh Diabetes Mellitus, sehingga ada pembuluh darah di otak yang menyepit, sehingga aliran darah menuju otak terhenti dan membuat separuh badan sebelah kiri ayahku tidak dapat berfungsi sama sekali. Pengobatan ? sudah kami upayakan dari medis, alternative, orang pintar, paranormal, Sinshe, bahkan kepada seorang pintar yang mampu berjalan diatas air pun sudah kami kunjungi, namun hasilnya tetap nihil. Masa-masa berburu pengobatan alternative berangsur-angsur menyurutkan semangat Ayahku, disamping rasa lelah dan letih, yang akhirnya kami semua sekeluarga menyerahkan segala-galanya hanya kepada Allah SWT dan Pengobatan Medis yang dilakukan check up setiap satu bulan sekali, dan kadang masuk rumah sakit untuk di rawat inap guna memeriksa seluruh kondisi kesehatannya..
71 tahun hamper 5 bulan sudah, usia ayahku saat ini, dengan riwayat sepertiga masa hidup yang telah ia jalani dilampauinya dengan kondisi yang berbeda dengan orang lain pada umumnya, Ia masih terlihat segar, penuh semangat, cerah dan ceria sepertinya tidak pernah ada kelelahan dan keletihan dalam kehidupannya. Kegiatan kesehariannya paling banyak digunakan untuk Sholat, berzikir dan mengaji. Ketika ia bertemu dengan anak-anak dan cucu-cucunya bertandang kerumah, tidak ada kata-kata yang mampu ia ucapkan selai menangis terharu dan bahagia berkumpul dengan anak dan cucunya yang telah ia bina bersama istrinya dengan baik dan luhur.
November 2006, Adalah pemeriksaan rutin setelah hari raya Idul fitri, dan dari hasil pemeriksaan menyebabkan Ayahku harus masuk rumah sakit (rawat inap) karena Tubuhnya begitu lemah dan kedua kakinya bengkak dan luka, serta HB nya terlalu rendah dari angka normal. Masuk rumah sakit ? hampir menjadi sebuah kegiatan yang sering terjadi terhadap ayahku. Kami menjalani prosesnya dan mengatur semuanya tanpa keterkejutan dan tetap sabar menunggu hingga ayahku kembali stabil kondisi kesehatannya.
Dari terbiasanya aku menghadapi keadaan-keadaan seperti ini, tetap saja aku tercenung dengan penjelasan dari Dokter Ahli Penyakit Dalam yang selama 3 tahun terakhir ini merawat ayahku. Pada suatu sore hari aku bertemu dengannya di ruang Zuster Paviliun tempat ayahku di rawat inap, Dokter Ayahku (sambil menghela nafas dengan berat dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangku yang ia duduki) ia berkata dengan hati-hati :
“Begini Mbak Selvi, Diabetes Mellitus bagaikan Hantu di Malam Hari, yang datangnya tiba-tiba dan perlahan, lalu menghancurkan organ tubuh secara perlahan-lahan. Ia bisa mnyerang Mata, Otak, Jaringan Kulit, Usus, Jantung, Pankreas, Ginjal, Paru-paru, Pembuluh Darah, Hati dan lain-lainnya. Itu sebabnya Para penderita penyakt Diabetes ada yang diare terus atau bahkan tidak bisa pup jika ia menyerang usus, atau kulit dari penderita diabetes mudah terluka, dan lain sebagainya.”
Dia berhenti sejenak, menghela nafas, lalu melanjutkan :
“Pada kasus Bapak (=ayahku), Saya sangat salut dengan kekuatan yang Bapak miliki, karena apa ? karena Bapak tidak seperti manusia/orang lainnya, yang sudah pasti lewat jika berada pada kondisi yang Bapak alami saat ini. Karena Bapak telah Memiliki seluruh RISK FACTOR –nya, ditambah dengan masa terkena stroke yang sangat lama (tahunan).”
Ia berhenti, lalu mengeluarkan hasil roentgen Jantung dari amplop coklat, dan berkata :
“Mbak Selvi bisa lihat hasil roentgen ini, Jantung Bapak pun sudah terkena dampaknya (ia menunjuk kepada jantung yang sudah mengerut semakin kecil), karena hipertensi, belum lagi jaringan kulit yang sudah mulai kena, Kekentalan darah yang normalnya 200-an Bapak mencapai lebih dari 4 x lipat dari angka itu, Ginjal bapak juga sudah tidak berfungsi dengan baik, Pankreas, dan lain sebagainya, sehingga saya bisa katakana bahwa raport (=hasil medis) Bapak seluruhnya angka merah”
lalu ia melanjutkan,
“Tapi Bapak adalah seseorang yang luar biasa. Penderita Diabetes bisa di control, Obat yang Bapak harus minum banyak sekali, tapi Obat hanyalah sebagai pendamping, menstabilkan kondisi agar tidak parah. Tapi yang membuat bapak memiliki kekuatan yang luar biasa saya yakin adalah Semangat Hidupnya yang diberikan oleh seluruh keluarganya. Memang, penderita Diabetes memang memiliki selera makan yang tinggi, namun kita semua jarang bisa melarang Bapak untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman manis, yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan dan pasti ada cara yang baik, yang tidak meyurutkan semangat Bapak. Karena Bapak harus terus dipompakan semangatnya agar tidak stress, agar ia selalu sehat dan segar. Karena apa ? Karena Bapak sedang melampaui prosesnya, yaitu proses sang Diabetes Mellitus menghancurkan organ-organ tubuh Bapak secara perlahan-lahan. Jadi itulah kondisi yang sebenarnya, karena selama ini belum pernah saya sampaikan khawatir Bapak bisa mendengarnya dan membuatnya sedih, itulah sebabnya saya terus memompakan semangatnya pada setiap kali pertemuan pemeriksaan rutin”
Aku tertegun, dan mengangguk-angguk. Setengah melamun. Hingga Dokterku pamit untuk memeriksa pasien lainnya yang berada di ruangan.
Sepanjang waktu setelah itu, aku hanya berfikir.. berfikir dan berfikir.. meski aku memiliki kesempatan untuk terus mendampinginya selama ini, tetap saja, hati aku bagaikan di tabuh oleh sebuah alu besar, yang bunyi ngiangnya membuat kepalaku berkunang-kunang. Meski sudah berkali-kali aku menghadapi momen Ayahku di rumah sakit, tetap saja aku hanyut dalam ribuan pikiran yang berusaha mencari hikmah dari semua kejadian ini.
Tidak ada kata lain selain bersyukur,
Aku bersyukur bertemu dengan seorang Doker spesialis yang memberikan tidak hanya layanan medis, melainkan dukungan rohani yang sangat menentramkan juga para suster dan bapak petugas apotek yang senantiasa ikhlas membantu.
Aku bersyukur, memiliki Ayah yang sangat luar biasa menjalani kehidupannya dengan penuh suka cita dan pasrah kepada Allah SWT, Ayah yang sangat istimewa, memberikan tauladan bagi anak-anaknya, dan semua yang tidak bisa aku katakana hanya dapat dirasakan.
Aku bersyukur, memiliki seorang Ibu yang memiliki kesabaran tak terbatas, keluhuran untuk mendampingi suami dan memberikan contoh yang baik kepada kami, merawat kami dan segala-nya dan segalamnya.
Aku bersyukur memiliki keluarga, kakak dan adik yang sangat erat hubungannya, mesra, saling gotong royong, bahu-membahu, saling perhatian dan menyayangi satu sama lain, sama-sama memiliki platform yang indah dalam membuat sebuah keluarga ini menjadi nyaman untuk berkunjung kembali pulang dan pergi.
Aku sendiri ? juga bersyukur,
Memiliki suami yang memiliki perhatian kepada orangtuaku tidak kalah dari yang aku miliki, ia dengan setia merawat ayahku, mendampinginya, Berjaga malam di rumah sakit setiap hari, memandikan, menceboki, menyayangi dan mencintainya seperti orangtuanya sendiri.
Bersyukur memiliki seorang anak kecil buah hati kami yang selalu menyumbangkan senyumnya untuk eyang kakung dan eyang putrinya sebagai penawar lelah dan kantuk dirumah.
Bersyukur, Ayahku selalu memberikan kesempatan kepada aku untuk selalu berada didekatnya, staying around, memberikan kesempatan untuk merawat dan mendampingi dalam menjaga kesehatannya, bahkan aku pun bersyukur menerima pesa-pesannya setiap kali ia akan dirawat inap di rumah sakit, yaitu dari mulai mengantarkan adik-adik menikah hingga mendampingi ibuku suatu hari kelak.
Bersyukur, Ayahku pun tetap berpesan kepada aku, untuk selalu berada bersama ibu, mendampingi setiap waktu, yang ia piker adalah sebagai wasiatnya. Apa yang istimewa ? karena Ibu adalah Harta Terbesarnya, karena sebesar-besarnya harta yang dimiliki oleh seorang laki-laki adalah istri yang luhur.
Tidak ada bekal yang bsa menguatkan, selain BERSYUKUR, agar semua kepenatan dan keletihan, kebuntuan dalam hati, tersalurkan dengan baik dan sesuai ridhonya.
Biar semua mengalir seperti air.
Biar semua berhembus seperti angin.
Biar semua bergulir bagaikan waktu..
Sesungguhnya semua berjalan di atas rel yang telah ditentukan.
Maka, Jagalah kesehatan, jadilah manusia pemerhati atas segala apa yang terjadi disekitar kita, dan selalu bersyukur, sehingga hidup akan lebih mudah terjalani.
Salam,